(Jakarta, 08/03/2022), LBH APIK Jakarta resmi meluncurkan Film Paralegal Muda: ‘Yang Muda, Yang Membela,” pada peringatan Hari Perempuan Internasional Tahun 2022 melalui platform Zoom Meeting dan Youtube LBH APIK Jakarta. Pada pembukaan acara, Direktur LBH APIK Jakarta, Siti Mazumah mengatakan bahwa peluncuran film paralegal muda bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional adalah bentuk penghargaan setinggi-tingginya terhadap perempuan-perempuan muda, khususnya paralegal muda LBH APIK Jakarta, yang meluangkan waktu dan tenaganya dalam kerja-kerja pendampingan kasus, advokasi kebijakan, dan pemberdayaan di komunitas. “LBH APIK Jakarta banyak mengalami kemajuan karena salah satunya adalah peran paralegal muda dalam beberapa tahun terakhir”, ujar Siti Mazumah dalam pembukaannya. Selain itu, perwakilan dari Ruang Temu Generasi Sehat Indonesia (Rutgers Indonesia), Nani Vindanita, dalam sambutannya juga berharap bahwa film paralegal muda ini dapat menjadi media edukasi tidak hanya di jaringan LBH APIK Jakarta, namun juga masyarakat luas nantinya.
Setelah para audiens diberikan kesempatan untuk menonton film paralegal muda, kemudian dilanjutkan ke sesi diskusi bersama dua paralegal muda yang terlibat sebagai pemeran yaitu Eva dan Dhifa, Dian Novita selaku Koordinator Divisi Perubahan Hukum LBH APIK Jakarta dan turut juga dihadiri Gina S. Noer selaku Filmmaker.
Bagi Eva, selaku paralegal muda bukanlah bentuk pengkotak-kotakan kerja paralegal. Eva menyadari bahwa terdapat konteks dan situasi dimana anak muda memang tahu betul tentang isu tertentu, contohnya adalah isu kekerasan seksual di kampus. “Satu hal yang sangat penting kerja paralegal tidak terbatas pada pendampingan, melainkan juga aksi kolektif advokasi kebijakan,” tutur Eva.
Tak berbeda jauh dari Eva, Dhifa sebelum menjadi paralegal menceritakan awal ketertarikannya berkaitan dengan isu perempuan. Karena awalnya ia memiliki seorang teman yang mengalami pelecehan seksual dan pada saat itu ia menangani hal tersebut secara sembrono, kemudian semasa kuliah Dhifa mendaftarkan diri menjadi mahasiswa magang di LBH APIK Jakarta karena tuntutan kuliah. Saat pendampingan, Dhifa melihat bahwa banyak sekali korban-korban kekerasan seksual yang terjadi kepada perempuan dan anak yang membutuhkan dan mencari keadilan keadilan atas dasar tersebut dia bertekad untuk terus membantu kerja-kerja nyata di LBH APIK Jakarta.
Koordinator Divisi Perubahan Hukum LBH APIK Jakarta, Dian Novita, kemudian menjelaskan alasan dibalik pembuatan film paralegal muda untuk mengangkat peran paralegal muda dalam menyuarakan dan membela isu-isu perempuan. Peran paralegal muda yang tidak kalah penting ialah advokasi dan pendampingan di lingkup komunitas dan kampus yang tidak dapat dijangkau oleh LBH. “Medium film dipilih karena beliau berharap film ini memberikan warna baru karena alur cerita film ini tidak rumit dan mudah dipahami,” ucap Dian. Menurutnya juga masyarakat juga masih belum banyak mengetahui mengenai peran paralegal. “Oleh sebab itu jika hal tersebut dibuat dalam bentuk tulisan seperti buku mungkin hanya sedikit yang akan membaca,” jawab Dian ketika ditanya moderator.
Selanjutnya Gina S. Noer selaku penanggap memberikan respon positif terkait film dokumenter yang mengangkat paralegal muda. “Film ini menarik karena membukakan mata bahwa setiap orang bisa aktif untuk membela dirinya sendiri, maupun orang lain”, ujarnya. Film paralegal muda juga menurutnya adalah film yang komunikatif, di mana terdapat informasi yang jelas ingin disampaikan dan yang pasti tidak membuat bosan. Gina juga mengatakan bahwa penting sekali untuk mengangkat isu-isu perempuan dalam karya-karya fiksi untuk membantu kerja-kerja LBH dan juga gerakan perempuan lain.
Sebelum acara berakhir, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya kepada narasumber yang hadir. Adapun pertanyaan yang diajukan pertama adalah untuk Gina S. Noer tentang tantangan menghadirkan isu perempuan dalam film. “Tantangan terbesarnya adalah meyakinkan para kolaborator dalam film bahwa ada story-telling yang tepat dalam menggambarkan kisah hidup perempuan”, jawabnya. Pertanyaan selanjutnya diajukan untuk paralegal muda mengenai pengalaman pendampingan yang paling ia ingat. Dhifa menjawab pengalaman yang paling berkesan saat ia pendampingan kasus litigasi pemerkosaan. Dhifa berharap ia dapat mendampingi hingga kasus ini berakhir, untuk pendampingan non-litigasi yaitu mengenai ancaman penyebaran video asusila. Sementara itu, Eva menceritakan pengalamannya yang paling berkesan adalah tentang kekerasan dalam pacaran yang dialami oleh pasangan LGBT. “Hal ini menunjukkan adanya interseksionalitas dalam setiap pengalaman kekerasan yang dialami oleh kelompok-kelompok rentan.” Ucap Eva.
Di sesi sebelum acara berakhir, Renie seorang paralegal muda berbakat turut juga memeriahkan acara peluncuran film ini dengan menyanyikan lagu tentang Kekerasan Seksual ciptaanya sendiri. Dari penggalan lirik lagu yang dilantunkan Renie, ada makna tersirat bahwa kasus kekerasan seksual selalu mendapatkan pembungkaman. Ini mengindikasikan sebetulnya fenomena kasus kekerasan seksual sulit mendapatkan keadilan, mengingat adanya pembungkaman.
Film berdurasi sembilan belas menit lebih ini sebetulnya ingin menceritakan perjalanan dua orang paralegal muda sejak hingga termasuk mengenal isu perempuan sampai dengan melakukan kerja-kerja sebagai paralegal muda LBH APIK Jakarta. Yang sebetulnya bertujuan untuk kepentingan masyarakat luas sebagai bahan edukasi bagi masyarakat awam yang masih buta akan isu kekerasan terhadap perempuan serta peran pentingnya keterlibatan paralegal muda. Karenanya film dokumenter bisa disaksikan melalui kanal Youtube LBH APIK Jakarta dengan judul film paralegal muda “Yang Muda Yang Membela” ***(PU/RB)
________________________
Nonton Selengkapnya Film Paralegal: “Yang Muda, Yang Membela” di Channel Youtube LBH APIK Jakarta melalui link berikut: